Kehilangan 5 Kucing Kesayangan dalam Sepekan

kucing-kesayangan

Anak saya, Muhammad Farand Ilalang menyukai kucing sejak kecil. Namun agaknya ia selalu punya cerita pilu tentang kucing kesayangan yang dipeliharanya.

Saat masih duduk di SD ia telah kehilangan seekor kucing. Saya masih ingat kala itu bagaimana ia menangis saat membawa bangkai hewan piaraannya itu untuk dikubur.

"Kucing kesayanganku meninggal, Yah," ujarnya lirih.

Saya terkesan dengan pemilihan kata meninggal untuk seekor kucing ketimbang mati.

Setelah itu lama dalam perjalanan hidupnya tak bersentuhan dengan kucing. Hingga menjelang masuk Sekolah Menengah Kejuruan, barulah Ilalang memelihara kucing lagi.

Bagi dia, kucing adalah kucing. Ia tak memilih atau meminta agar kucing yang akan dipeliharanya harus seperti apa.

Saya maklum, setiap kali makan di luar atau di luar rumah dan ada kucing sedang berbaring, selalu didatanginya. Meski hanya sekadar disentuh atau dibelai bulunya.

Tetapi kemudian Ilalang sekolah di Yogyakarta, bukan di Tanjungpinang tempat kami tinggal. Artinya ia harus meninggalkan kucing kesayangan.

Hampir tiga tahun kemudian, pandemi Covid-19 datang. Dunia pendidikan pun terkena imbasnya. Ilalang harus pulang ke Tanjungpinang sejak April 2020.

Hingga hari ini sekolahnya belum melaksanakan pembalajaran tatap muka. Pelajaran dilaksanakan menggunakan sistem daring.

Dan Ilalang pun bertemu lagi dengan keluarga besar kucingnya. Bukan lagi seekor melainkan ada empat ekor.

Satu ekor entah dari mana yang tiba-tiba sering ke rumah, satunya lagi adalah indukan yang baru melahirkan 3 anaknya yang comel, istilah orang Melayu.

Alhamdulillah, kucing-kucing itu pun menjadi teman dan menambah kegiatan selain belajar daring. 

Suatu hari, yang kucing sering main ke rumah mati dengan darah di kepalanya. Anehnya, bangkainya ada di teras rumah. Ada bekas ceceran darah di dekatnya.

Namun tak ada yang tahu kenapa sampai ada di sana dan penyebab kematiannya.

Seekor kucing sudah mati, dan Ilalang menguburnya di samping rumah. Kebetulan di samping rumah adalah lahan untuk sumur umum sehingga masih banyak bagian yang kosong.

Menyisakan satu keluarga, indukan dengan tiga anaknya. Musim sedang hujan kala anak-anak kucing lahir, sehingga Ilalang harus beberapa kali memindahkan kardus tempat si kecil tidur dan menyusu.

Namun tak sampai seminggu dari kematian kucing pertama, indukan juga mati.

Memang kucing ini sudah beberapa kali melahirkan, seingat saya ini yang ke-3 atau ke-4. Ia meninggalkan anak-anaknya secara tiba-tiba.

Beberapa teman Ilalang mengatakan jika indukan kucing itu sudah tua. Ada diantara temannya yang juga mengalami hal seperti itu.

Mengurus 3 anak kucing yang belum seminggu, saya mengantarkan Ilalang membeli makanan kucing. Juga susu dan sedotan untuk memberinya minum.

Karena saya harus bekerja, Ilalang yang mengurus ketiga bayi kucing tadi. Diantara ketiganya ada satu yang terlihat sangat lemah.

Agak sulit juga memasukkan minuman melalui mulutnya. Makanan pun demikian, ia tak serakus kedua saudaranya.

Dua hari kemudian kucing kecil itu mati. Malam hari. Pagi-pagi kami menemukannya sudah terbujur kaku. Ada perasaan was-was dalam wajah Ilalang.

Ia mencoba lebih telaten mengurus kedua anak kucing tadi. Namun secara berurutan akhirnya keduanya juga pergi meninggalkan dunia.

Nasi dicampur ikan masih teronggok di sepertiga piring di samping bangkai. Demikian juga dengan air minumnya.

Tak ada karangan bunga dukacita. Namun kesedihan Ilalang jelas melebihi rangkaian kata-kata ucapab duka.

Ia mengajak saya untuk menggali kuburan untuk kucingnya. Dan ada 5 kuburan kucing di samping rumah, berjejer.

Ketertarikan Ilalang pada kucing memang sejak kecil. Selain karena melihat kucing peliharaan temannya, juga cerita soal kucing kesayangan Nabi Muhammad.

Seperti diketahui, Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur di atas jubahnya. 

Bukannya membangunkannya, Nabi justru memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.

Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk menunjukkan gerakan sujud. Melihatnya, Nabi pun mengelus bulu kucingnya sebanyak 3 kali.

Ketika saya tanya, apakah perlu mencari kucing pengganti? Ilalang menjawab, "Tunggu dulu, Yah. Masih teringat mereka (para kucing)." Ia masih mengenang kucing kesayangan yang telah pergi.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel